SELAMAT DATANG --- SELAMAT MEMBACA --- SALAM SATU JIWA --- TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA ---

Tuesday, September 6, 2011

Ketupat, Sebuah Tradisi Penuh Makna

     Indonesia adalah negara yang memiliki kekhasan tradisi dan bisa saja tradisi tersebut sangat berbeda dengan tradisi di negara asal Islam. Salah satunya adalah tradisi ketupat lebaran yang dilestarikan diberbagai daerah dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ketupat adalah makanan khas yang biasa dihidangkan pada saat hari raya. Makanan ini berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong yang terbuat dari daun kelapa (janur) atau gidang (daun siwalan/lontar). Selongsong itu dianyam sedemikian rupa sehingga membentuk empat persegi kemudian direbus. 
     Masyarakat jawa mempercayai Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari kata bahasa Jawa "ngaku lepat" yang berarti "mengakui kesalahan". Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala. Janur artinya sejatine nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Jadi, makna dari lebaran ketupat adalah kesucian lahir batin yang dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial.. 
     Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip "kiblat papat lima pancer", yang bermakna bahwa kemanapun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Ada yang memaknai "kiblat papat lima pancer" ini sebagai keseimbangan alam yang artinya 4 arah mata angin utama (timur, selatan, barat, dan utara) yang semuanya bertumpu pada satu pusat. Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia dalam kehidupannya. Ke arah manapun manusia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan "pancer" yaitu Allah SWT. Bentuk ketupat itu dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu ammarah (emosional), lawwamah (nafsu untuk memuaskan raasa lapar), shufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah) dan muthmainnah (nafsu untuk memaksa diri). Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Sehingga dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. 
     Dilihat dari segi bentuknya ketupat mempunyai nilai seni tersendiri yang untuk membuatnya diperlukan daya kreatif tersendiri agar dapat menghasilkan kantong-kantong yang siap diisi. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. 
     Tradisi kupatan ini sekaligus juga menjadi bukti bahwa menjadi Islam tidak berarti membabat habis seluruh tradisi yang selamaini sudah ada, akan tetapi mengisinya dengan substansi Islam sehingga nuansa Islam yang saling menyapa dengan tradisi lokal adalah sustu keniscayaan. Melalui proses inilah maka Islam dapat diterima dengan cara damai, sehingga Islam menjadi agama mayoritas bagi masyarakat Indonesia dan bahkan Islam terbesar di dunia. 

--Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten--

Entri Populer